Sekolah, Rentetan Kumpulan Angka
Pagi telah bersemi di antara waktu dan hari yang cerah, aktivitas rutin mulai saya jalani. Kuliah merupakan agenda utama hari itu, selain menyelesaikan tugas dan mencari bahan menyusun proposal penelitian.
Tepatnya rabu pagi, ketika mata kuliah Manajemen Pendidikan mulai berdendang di ruangan kelas yang tidak terlalu luas, dimana mahasiswa menyimak dengan serius materi yang di bahas pada kesempatan tersebut, tetapi ada sebagian yang hanya manyomak saja, hiks…hiks…. :r -->
Disela pembahasan dan diskusi antara dosen (pak Uun) dengan salah satu mahasiswa, suatu diskusi yang membahas carut marutnya system pendidikan di Indonesia, ada beberapa point yang mengusik pikiran saya, antara lain ; (1) homeschooling salah satu alternative pendidikan Indonesia, (2) keberadaan homeschooling di Indonesia,dan (3) sekolah, hanya sebuah rentetan angka.
Ketiga point di atas merupakan suatu masalah yang sangat urgen dan perlu pembahasan dan sosialisasi yang akurat demi terjaganya mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada point (1) dan (2) sudah saya bahas dalam beberapa kesempatan yang lalu, dimana pembahasannya merupakan hasil kajian pustaka yang saya lakukan dalam menyusun karya ilmiah yang saya ajukan dalam Kompetensi Karya Tulis Mahasiswa 2008 yang lalu.
Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang point (3), yakni mengenai sekolah hanya sebuah rentetan angka. Kalimat ini saya petik dari kalimat Pak Uun yang membawa mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Pernyataan diatas merupakan ungkapan ketidak puasan rakyat terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini memang suatu keadaan yang ironis.
Fakta menyebutkan :
• Berdasarkan data, pada tahun 2008 jumlah siswa SMA di Sumatra Utara yang tidak lulus mencapai 10.222 orang. (Harian Global 14 Juni 2008).
• Berdasarkan data, pada tahun 2008 jumlah siswa SMP di Sumatra Utara yang tidak lulus mencapai 15.421 orang. (Harian Global 21 Juni 2008).
• Satuan nilai yang digunakan sistem pendidikan bukan barometer kemampuan dan potensi anak ( multiple intelegensi dan bakat).
• Pola pengajaran kurang meningkatkan daya kreatifitas, potensi, dan daya nalar/imajinasi anak.
• Sistem pendidikan tidak didasarkan mewujudkan manusia pembelajar.
Fakta diatas tidak bisa kita pungkiri, bahwasannya semua itu bukan saja tugas dan kewajiban pemerintah saja, tetapi juga tugas kita sebagai warga Negara yang baik. Mari bersama kita wujudkan pendidikan yang berkualitas dan berkompeten di Indonesia, maupun di kancah dunia internasional. :d -->
Seja o primeiro a comentar
Posting Komentar