Jumat, 06 Maret 2009

Menguak Fakta di Balik Keprihatinan, Pengangguran Berpendidikan

Oleh : FAUZI

Ungkapan yang cukup memprihatinkan dalam menguak persepsi dan paradoks fenomena pengangguran yang terjadi pada tahun terakhhir ini. Bagaimana tidak, berdasarkan data dan fakta yang ada, pendidikan dan satuan pendidikan yang dijalani masyarakat Indonesia terus menunjukkan kurva peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan semakin tinggi, keadaan juga di dukung dengan semakin memjamurnya perguruan tinggi yang memberikan program studi yang menarik dengan biaya yang cukup terjangkau dan masa studi yang relatif singkat.

Tiap tahun banyak sarjana –sarjana output perguruan tinggi terjun ke dunia kerja, bersaing dengan pencari kerja yang memiliki kemampuan dan kualifikasi beraneka ragam kemampuan memperebutkan peluang dan posisi kesempatan kerja yang dapat dibilang sangat terbatas. Yang sangat ironis, jumlah para pencari kerja tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ditawarkan, dan bahkan cukup jauh perbandingannya. Dalam hal ini siapakah yang dapat kita salahkan ? benarkah pemerintah yang bertanggung jawab penuh terhadap kondisi ini sepenuhnya?.

Meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya pendidikan menjadi angin segar dunia pendidikan Indonesia, tetapi sangat disayangkan, keberadaan ini hanya sebuah klise pamor hidup untuk mencari status social, dan legitimasi tingkat pendidikan yang terkadang tidak bermutu karena hanya mengutamakan aspek kelulusan tanpa kualitas.

Dan sebagai dampaknya pengangguran berpendidikan dari tahun ketahun terus bertambah. Dan ironisnya, penyumbang terbesar pengangguran berpendidikan di Indonesia adalah sarjana lulusan studi ilmu sosia. Hal ini berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan Dirjen Dikti, yang menunjukkan mereka yang tidak bisa bersaing di dunia kerja pada umumnya merupakan lulusan program studi ilmu social.

Inilah paradoks kehidupan kita, dan tidak dinafikkan keberadaan ini membuat citra kualitas para sarjana khususnya dalam studi ilmu social begitu buruk dari pandangan masyarakat, karena tidak mampu menjadi aicon menuju kehidupan sejahtera dan berkualitas. Kadang paradigma ini tidak seutuhnya benar, pada dasarnya masa depan seseorang di tentukan oleh persiapan seseorang “mahasiswa” dari awal perkulihannya sampai menanjak menuju gelar sarjana. Mengikuti pendidikan tinggi bukan jaminan untuk dapat pekerjaan, tetapi dengan pendidikan itu kita dapat menyingkap hidup memaknai keadaan, untuk memanfaatkan alam dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Kalau kita hanya berpikir selesai studi dapat pekerjaan, ini hanyalah pungguk merindukan bulan dan cara berpikir yang harus dibenahi, karena cara berpikir ini untuk para lulusan SMA/ SMK yang pada dasarnya memiliki tingkat pendidikan dan skil yang terbatas.

Hal ini juga tidak jauh beda dengan para sarjana pendidikan. Cara berpikir yang hanya menganggap selesai studi dapat mengajar pada suatu sekolah sebagai sabuk pengaman kesejahteraanya. Maka dikhawatirkan pada tahun 2010 nanti para guru / sarjana pendidikan yang tidak dapat mengikuti perkembangan IPTEK dan bahasa akan jauh tertinggal dari guru/ sarjana pendidikan yang mempersiapkan diri menghadapi perkembangan zaman. Hal ini sudah kita rasakan bersama, isu-isu perdagangan bebas dan sekolah bertaraf internasional membuat para pemimpin perusahaan dan sekolah-sekolah merekrut pegawai dan pengajar yang berkualitas baik dibidang IPTEK maupun bahasa. Dan tidak jarang sekolah-sekolah yang menyatakan dirinya sekolah bertaraf internasional mendatangkan guru-guru dari luar negeri, untuk memenuhi kapasitas pengajarannya yang mengacu pada kurikulum internasional.

Dimanakan keberadaan kita sekarang ? Apakah kita hanya bersantai ria, hidup glamour dan hidonis yang kini menjadi virus kehidupan para mahasiswa. Apakah anda mau menjadi mahasiswa biasa-biasa saja, dipandang sebelah mata dan kadang tidak diakui kedudukan dan kualitasnya oleh masyarakat? Saya berharap itu bukan ANDA.


Jadilah actor dari kemajuan Bangsa, Bukan Jadi Sampah Pembangunan dan Penyakit Masyrakat. Karena Masa Depan Anda, Anda yang Menentukannya, dari Sejauh Mana ANDA Mempersiapkannya Mulai Sekarang.

Seja o primeiro a comentar

Apa perbedaan antara hambatan dan kesempatan? Perbedaannya terletak pada sikap ita dalam memandangnya. Selalu ada kesulitan dalam setiap kesempatan: dan selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan.(J. Sidlow Baxter)

Fauzi Blog's © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO